Artikel

Menundukkan Pandangan 


 


Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam semoga tetap 


tercurahkan kepada baginda Rasulullah, dan aku bersaksi bahwa tiada 


tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha 


Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah 


hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du: 


Di antara fitnah yang sering dihadapai oleh seorang pria dalam 


kehidupan ini adalah fitnah memandang kepada wanita (yang bukan 


mahromnya) dan fitnah ini ditemuinya di pasar, di jalan-jalan, di tempat


tempat umum, di majalah dan koran-koran serta tempat-tempat lainnya. 


Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim  di dalam kitab shahihnya dari 


Usamah bin Zaid RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam 


bersabda, “Aku tidak meninggalkan suatu fitnah sepeninggalku yang lebih 


bahaya terhadap lelaki dari fitnah wanita”. 1 


Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Sa’id Al


Khudri bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda, 


“Sesungguhnya dunia ini sangat manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah 


menjadikan kalian sebagai pemimpin di dalamnya, maka takutlah kepada 


dunia ini, dan takutlah kepada wanita sebab fitnah pertama yang terjadi 


pada kaum Bani Isra’il adalah fitnah wanita”.2 


Di antara perkara yang bisa membantu seseorang agar terhindar dari 


fitnah wanita adalah:  


Pertama: Mempelajari nash-nash Al-Qur’an yang memerintahkan seorang 


mu’min untuk selalu menjaga pandangan dan mengharamkan pandangan 


yang bebas. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:  





1 Al-Bukhari: 5096 dan Muslim: no: 2740 


2 HR. Muslim: no: 2742 


 4 


 


Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka 


menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu 


adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa 


yang mereka perbuat." (QS. Al-Nur: 30) 


Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya 


dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam 


bersabda, “Telah ditetapkan bagiannya bagi Anak Adam dari zina, dia pasti 


akan mendapatkannya, zina mata adalah memandang, zina kedua telinga 


adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah 


memegang, zina kaki adalah melangkah sementara hati ingin dan berangan


angan lalu hal tersebut  dibenarkan oleh hati atau didustakannya”.3 


Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Jarir bin Abdullah 


berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam 


tentang pandangan yang terjadi secara tiba-tiba maka Rasulullah shalallahu 


‘alaihi wasalam memerintahkanku untuk memalingkan pandanganku”.4 


Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam sunannya dari Ibnu Buraidah 


dari bapaknya berkata: Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam 


bersabda kepada Ali, “Wahai Ali, janganlah engkau mengikuti suatu 


pandangan dengan pandangan yang lain, sesungguhnya bagimu yang 


pertama dan bukan bagimu padangan yang selanjutnya”.5 


Kedua: Seorang hamba menghadirkan di dalam dirinya bahwa Allah 


melihatnya, dan Allah mengetahuinya agar dia malu kepada -Nya. Allah 


subhanahu wa ta’ala berfirman:  


                                                 


3 HR. Muslim: no: 2657 dan Al-bukhari:  no: 6243 


4 HR. Muslim: no: 2459 


5 Sunan Abu Dawud no: 2149 


 5 


Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui 


apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari 


pada urat lehernya. (QS. Qaf: 16) 


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:  


 ﺎﻗ ﺎﻌﺗ ﷲ : ﴿ Ν=èƒ πΖ←%{ ã{# $Βρ ‘ ƒB ‘ρ‰Á9# ﴾ ) ﺮﻓﺎﻐﻟ : ( 


 


Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang 


disembunyikan oleh hati . (QS. Ghafir: 19) 


Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:  


 ﺎﻗ ﺎﻌﺗ ﷲ : ﴿ β) ìϑ¡9# Ç79#ρ Š#σ 9#ρ ≅. 7×≈9ρ& β%. µΨã ωθ↔¡Β ﴾ ) ﻹ : ( 


 


Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan 


diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isro’: 36). 


Disebutkan di dalam sebuah hadits pilihan dari Sa’id bin Zaid bahwa 


seorang lelaki berkata kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: 


Berikanlah kepadaku suatu wasiat!. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam 


bersabda, “Aku berwasiat kepadamu agar engkau malu terhadap Allah 


sebagaimana dirimu malu terhadap seorang yang shaleh di tengah-tengah 


kaummu”.6 


Ketiga: Hendaklah seorang hamba mengingat akan kesaksian matanya 


terhadap keburukan dirinya pada hari kiamat. Allah subhanahu wa ta’ala 


berfirman: 





Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran ،penglihatan 


dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah 


mereka kerjakan. (QS. Fushshilat: 20) 


                                                 


6 Al-Ahadits Al-Mukhatarah: 3/299 no: 1099 dan dishahihkan oleh Albani di dalam kitab 


shahihul jami’us shagir: 1/498 no: 2541 


 6 


Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas RA berkata: 


Kami berada di sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu beliau 


tertawa dan bersabda, “Apakah kalian mengetahui kenapa saya tertawa?. 


Anas berkata: Kami menjawab: Allah dan Rasul -Nya yang lebih 


mengetahui. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku tertawa 


karena komunikasi seorang hamba dengan Tuhanya, dia berkata: Ya Allah 


Tuhanku, tidakkah engkau telah menjagaku dari kezaliman?. Rasulullah 


bersabda: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Benar”. Rasulullah 


shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya aku tidak 


membolehkan terhadap diriku kecuali saksi dari diriku. Rasulullah 


shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: 


Cukuplah pada hari ini bahwa dirimu sebagai saksi dan malaikat penulis 


sebagai saksi, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Maka 


mulutnya pun ditutup, lalu dikatakan  bagi anggota tubuhnya: Berbicaralah. 


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka anggota badannya 


pun berbicara membuka tentang semua amal yang pernah dilakukannya. 


Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Lalu dia dibiarkan antara 


dirinya dan kesaksian tersebut. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi 


wasallam bersabda: Maka lelaki tersebut berkata: Menjauhlah kalian dan 


pergilah, apakah tentang kalian aku berbantah-bantahan”.7 


Keempat: Seorang hamba harus menghadirkan manfaat dan buah dari 


menundukkan pandangan. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata tentang 


manfaat menundukkan pandangan: Di antara manfaat manundukkan 


pandangan adalah:  


a. Menundukkan pandangan adalah bentuk ketaatan terhadap perintah 


Allah. Di mana padanyalah puncak kebahagian seorang hamba di 


dalam hidupnya di dunia dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala 


berfirman:  


                                                 


7 HR. Muslim di dalam kitab shahihnya: no: 2969 


 7 


Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka 


sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS. Al


Ahzab: 71) 


b. Menundukan pandangan akan menghalangi sampainya sasaran 


panah beracun yang menembus hatinya dan bisa jadi dengan hal itu 


dia binasa. Seorang penyair pernah berkata:  


Banyak pandangan yang menghancurkan hati pemiliknya 


Seperti membunuhnya panah, padahal dia tanpa busur dan tali 


c. Menundukkan pandangan akan melahirkan kesenangan di dalam 


hati, kelapangan dada dan kelezatan yang melebihi kesenangan yang 


muncul akibat memandang, hal itu terwujud dengan meunndukkan 


musuhnya dengan cara menentang kehendak hawa nafsu.8 


Diriwyatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya dari Abi Qotadah 


dan Abi Dahma bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam 


bersabda, “Sesungguhnya tidaklah engkau meninggalkan sesuatu 


karena Allah kecuali Allah akan menggantikan bagimu dengan sesuatu 


yang lebih baik darinya”.9 


d. Menundukkan pandangan akan mendatangkan cahaya bagi hati, 


sebagaimana melepaskan pandangan akan menyebabkan kegelapan 


bagi hati, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan 


ayat tentang cahaya setelah perintah untuk menundukkan 


pandangan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:  


 


Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan 


cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di 


dalamnya ada pelita besar. (QS. Al-Nur: 35) 


Maksudnya adalah perumpamaan cahaya Allah di dalam hati hamba 


Nya yang menejalankan perintah -Nya dan menjauhi larangan -Nya, 


                                                 


8 Al-Jawabul kafi liman sa’ala anil dawa’is syafi. Halaman: 158 


9 Musnad Imam Ahmad: 5/363 


 8 


lalu apabila hati telah terang benderang maka kebaikan akan datang 


kepadanya dari segala penjuru sebgaimana saat hati itu menghitam 


maka kabut bencana dan keburukan akan menghampirinya dari 


segala arah”.10 


Kelima: Menikah adalah obat yang paling manjur dan bermanfaat dalam 


menanggulangi masalah ini. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari 


Abdullah bin Mas’ud RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi 


wasallam bersabda, “Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian 


yang mampu maka hendaklah dia menikah, sebab hal itu lebih 


menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan”.11 


Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah 


dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh pandangan yang membawa 


kepada keburukan. Diriwyatkan oleh Al-Bukahri di dalam kitab Al-Adabul 


Mufrod dari hadits Syakl bin Humaid RA bahwa dia berkata: Aku berkata 


wahai Rasulullah ajarkanlah kepada diriku sebuah do’a yang bisa 


bermanfaat bagiku. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: 


Katakanlah:  





Ya Allah lindungilah diriku dari kejahatan pendengaranku, 


pengelihatanku, lisanku, hatiku dan keburukan maniku”.12 


Sabda Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam: “Dan pengelihatanku”. 


Agar aku tidak memandang kepada yang haram. Di dalam hadits ini 


dijelaskan tentang disyari’atkannya berlindung kepada Allah Ta’ala agar kita 


dijauhkan dari kejahatan pendengaran, pengelihatan, lisan dan hati serta 


mani, sebab semua indra ini diciptakan oleh Allah dalam rangka ketaatan.13 


Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan 


salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada 


keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau. 


 


                                                 


10 Al-Jawabul kafi liman sa’ala anil dawa’is syafi. Halaman: 158 


11 HR. Muslim:  no: 1400 dan Al-Bukhari: no: 5066 


12 Al-Bukhari: 663 dan ABU Dawud no: 1551 dan dishahihkan oleh Albani di dalam kitab 


shahih ababul mufrod 


13 As-Syarhul mumti’: 4/22 



Tulisan Terbaru

Salafus Shalih dan Me ...

Salafus Shalih dan Menjaga Waktu

Safar, Definisi Dan H ...

Safar, Definisi Dan Hukumnya